Sunday, October 2, 2016

Nasi Balap nasibmu kini

...salam hangat mentari pagi...

Akhirnya berani juga saya coba mengaktualisasikan diri lewat tulisan, trims tuk ustadz #radjatahu atas supportnya smoga produk radjatahu smakin digemari, mengglobal dan go publik :) (endorse dulu, jangan lupa tahu gratisnya ustadz :D)
Aamiin Yaa Rabb.

Mungkin sodarah2 sebangsa setanah air (sedunianya nanti dulu) pada bertanya-tanya dan berseru-seru kenapa postingan pertamanya kok tentang nasi/makanan, bukankah blog ini tentang info pariwisata di NTB? maap sodarah2 anda salah :D , harapan saya blog ini nantinya akan memuat bermacam-macam postingan (insya Allah), bukan hanya melulu tentang info wisata, walaupun scara garis besar tetap akan mengedepankan sisi pariwisata NTB, penasarankan.?
makanya pantengin terus update postingan saya ya.(ngarep.com) :D

Baiklah sodarah2, mari kembali ke pertanyaan awal.
kenapa postingan pertama tentang nasi.? 
dan, jawabbbbbannya, adalah:
1. Makanan utama kita adalah nasi (kalo daun brarti sodara sekalian termasuk golongan ulet atau belalang);
2. Postingan ini dibuat pagi-pagi;
3. Agar siap beraktivitas kita harus sarapan dan kebetulan sarapan saya  nasi balap (nasib anak kos, hiks);
4. Saya ingin memurnikan kembali istilah nasi balap yang berkembang di masyarakat (betapa mulianya tujuan ini, haha apa coba).

Bagi mereka yang berada di luar kota Mataram (Lombok), mungkin bertanya, “kenapa namanya nasi balap, nasinya balapankah.? 
Ya, tepat skali, jawaban kalian benar, maksud saya benar2 salah. he

Ketika pertama memakannya saya pun bertanya, maksudnya apa nih nasi balap.? 
Yang ada dipikiran saat itu adalah:
1. Makannya harus balapan, terus yang kalah harus bayar (dengan kondisi kekinian sy pasti kalah, hiiksss);
2. Makannya sambil adu balap lari (yang ada keselek nantinya :p).
Dlm kondisi bingung dengan filosofi dari nama nasi balap tersebut, saya pun bertanya kanan kiri depan belakang atas bawah serong kanan serong kiri balik kanan langkah tegap maju jalan, namun pertanyaan tersebut tak kunjung mendapat jawaban. 
Didera rasa penasaran atas hakikat nama nasi balap ini, saya kembali bertanya ke timur ke barat selatan ke utara, walhasil saya pun mendapatkan jawabannya, Alhamdulillah ya, sesuatu.! Saya berhasil mewawancarai seorang pedagang nasi balap, untuk menjaga privacy si abang maka saya sepakat merahasiakan identitas ybs (sebut saja kumbang), he.
kalo boleh jujur penamaan kumbang ini karena saya lupa kenalan dan bertanya namanya si abang inih :p .
Menurut Bang Kumbang (BK), nasi balap mulai hadir di kota Mataram sekitar tahun 1980an dengan sentra produksi di wilayah Kelurahan Otak Desa Ampenan, target utama dari pedagang nasi balap ini adalah anak kos yang tersebar mulai dari Kelurahan Pejeruk, Dasan Agung, Gomong hingga Kekalik.
Konon ceritanya, untuk menemui pembeli para pedagang nasi balap ini berlomba-lomba (balapan) mengayuh sepeda onta (ontel) mereka masing2, percaya ga percaya, itulah hal-ihwal asal penamaan nasi balap ini.
Pada akhir 1998, tahun ketika saya mulai menetap di Mataram (ga nanya kan. he), harga perbungkus nasi balap masih dikisaran Rp.750 - Rp.1.000, sekarang harganya berada di kisaran Rp.4.000,- Rp.5.000, untuk yang saya makan kali ini, dengan harga Rp.5.000 saya mendapatkan nasi, krupuk dan segelas air mineral. Terkait dengan kenaikan harga, saya gagalfaham kenapa harganya bisa naik, harusnya ditetapkan aja ya harganya tetap selamanya dikisaran Rp.1.000,- :p

Usually, nasi balap memiliki dua pilihan: nasi putih atau nasi kuning, sedangkan menu dari nasi balap ini biasanya sama (mirip dengan nasi segokucing Jogja atw nasi jenggo Bali)  yaitu :
- ayam suir seiprit
- tempe orak arik seuprit
- tumis kacang panjang seucrit
tetapi saya pribadi bersyukur dengan keminimalisan nasi ini, karena bukankah ada hadits yang mengatakan, makanlah setelah lapar dan berhentilah sebelum kenyang. :D

Terkait dengan permasalahan pelabelan nama nasi balap ini, menurut hemat saya yang susah sekali berhemat, dengan ciri khas yang tersebut di atas, idealnya nasi balap ini dijadikan maskot makanan murah meriah gak pakai muntah dan halal di Mataram, tapi permasalahannya adalah banyak PKL2/warung nasi yang melabeli nasi dagangan mereka dengan nama nasi balap, belum lagi ada pihak (oknum) yang memproduksi salah satu kuliner Lombok yang terkenal dengan tingkat kepedasannya ikut-ikutan melabeli diri dengan nama nasi balap yahanu., maksudnya apa.? #gagalpaham, dan dampak dari itu semua adalah makin sedikitnya pedagang nasi balap (biasanya menggunakan sepeda ontel) yang berseliweran, dan di situlah saya merasa sedih.
hiksssss.

...salam hangat yang berubah jadi panas karena hari mulai siang...

Best Regard

catatan penulis:
huuufffhhhhh, cape jg ya mencet2 keyboard. 
jadi kesimpulan dari postingan ini adalah ga ada kesimpulan, silahkan sodarah2 menarik kesimpulan sendiri :)

12 comments

  1. Hahaha....lumayan drpd lumanyuun...teruskan dgn catatan yg lainnya ttg Ntb . .good job..good luck...👍👍

    ReplyDelete
  2. Ni Blog mungkin jenis pribadi atau perjalanan tergantung judul yang di share...terus menulis ya Mbay

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya bgitulah... klo bk versi web.nya cb teteh baca subjudulnya (ini tentang perjalanan...).. jd ini memang lbh k pngalaman pribadi... anggap aja nulis diary tp d posting 😂

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mhn maaf mas, komennya ga sngaja kehapus... bs recomment ga.?

      Delete
  4. Salam hangat mas. Salam kenal sesama blogger NTB. Baru pertama kali saya berkunjung di blog ini. Tulisannya bagus, semangat menulis hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. slm kenal mas Imron.... mhn kritik dan sarannya.. klo d puji ntar gede kpala sy :p ...... SMANGAT MENULIS

      Delete
  5. Semangatt nulis mas iqbal....saya jadi ingat nasi balap zaman mahasiswa dulu. Kalau pagi-pagi saya rapat BEM Unram di PKM suka sarapan pakai nasi balap,,:)

    ReplyDelete
  6. Legend lites bro.. Hehee jadi laper

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon