Friday, February 17, 2017

Gondrong bukan berarti METAL

"Salam Hangat Secangkir Kopi"

Bagaimana kabar sodara/i hari ini.? Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SW, Tuhan Yang Maha Esa, dan tentu saja selalu dalam keadaan bahagia.  
Aamiin Yaa Rabb.

Saya pribadi agak sedih karena berkat target yang tercipta untuk mengepost satu buah artikel perminggu, saya terpaksa mencancel acara piknik saya, walaupun sebenernya ada perkara lain di balik pembatalan piknik saya,  yaitu terkait dengan masalah perasaan (Eeeaa curhat) :D .

Baiklah.
Pada kesempatan ini saya akan coba membahas perihal rambut gondrong pada laki-laki, tapi ini gondrong bukan sembarang gondrong, karena ada nilai yang terkandung dalam kegondrongan laki-laki tangguh ini. Penasarankah? kalo enggak juga tak ape :D

By The Way pernahkah sodara/i melihat Ibu hamil atau yang sekarang  ngetrend dengan istilah bumil.? Pasti pernah ya, ayo ngaku! kalau ternyata belum kebangetan namanya, berarti bisa jadi sodara/i tinggal sendirian di antah berantah hanya berteman sepi, pasir putih, semilir angin, birunya langit, debur ombak dan hal-hal indah lain yang sukar di deskripsikan layaknya surga. Namun  karena itu tempat terpencil dan sendirian ya nelangsa juga, he.

OK. 
Kembali ke topik utama, ada apa dengan ibu hamil, dengan sendirinyakah dia hamil, siapakah yang menghamilinya? Berhubung sayapun tidak tahu jawabannya, jadi untuk mendapatkan jawabannya perlukah kita bertanya kepada rumput yang bergoyang :p .
 
Saya rasa tidak perlu, karena sebenarnya bukan itu topik utama yang sebenarnya, haha. 

Jadi begini, yang akan kita bahas kali ini adalah proses bagaimana si ibu bisa hamil, hal apakah yang dilakukan sang bapak, eehhh. Maafkeun saya yang melantur sana sini, mungkin ini efek telat nikah :) .

Sekarang serius.!
 
Ketika istri sedang hamil, sang calon ayah (pria suku sasak) memiliki tradisi memanjangkan rambut dan dilarang memotong rambut tersebut sebelum bayi yang dikandung oleh istrinya sendiri (bukan istri tetangga) lahir. 

Menurut informasi yang saya dapatkan dari hasil wawancara asal-asalan, apabila tradisi ini dilanggar, dikhawatirkan bayi yang baru lahir tidak akan memiliki rambut sampai kapanpun (botak seumur hidup), layaknya Pak Ogah.

Sangat disayangkan, tradisi ini mulai ditinggalkan, terutama di kota Mataram, khususnya bagi mereka para pekerja kantoran. Ini terjadi akibat aturan yang berlaku terkait dengan batasan panjang rambut bagi pekerja pria. 
Secara umum di Indonesia, dalam proses menantikan kehadiran munculnya jabang bayi ke muka bumi, terdapat tradisi turun temurun untuk menjaga agar sang bayi tetap sehat selamat dan aman sentosa.  Dalam tradisi/budaya tersebut, biasanya banyak pantangan yang diberlakukan kepada calon orang tua  calon bayi , seperti dilarang menyembelih hewan dan lain-lain. Namun ada satu kekhasan tradisi yang saya rasa cuma ada di Pulau Lombok (Suku Sasak), yaitu terkait dengan sang calon ayah.
Menurut saya hal ini amat disayangkan karena ini merupakan ciri khas tradisi pria sasak.

Gondrong/rambut panjang berarti urakan ataupun nakal, stereotype ini jelas masih berlaku di masyarakat. Mungkin inilah yang membuat tradisi gondrong pada calon ayah akhirnya banyak ditinggalkan. Masyarakat mungkin harus diingatkan kembali, bahwa pada zaman dahulu kala para pria terbiasa memanjangkan rambutnya (karena belum ada gunting, he :p).
Jadi, apakah tradisi ini perlu dipertahankan?  
Saya rasa sangat perlu, karena ini merupakan ciri khas khasanah budaya sasak. Bagi saya selama orang (pria kantoran) tersebut mampu merawat rambutnya tetap terlihat rapi, bersih dan tidak mengganggu kinerja, maka tidak jadi masalah. 
Terkait dengan hal tersebut, seyogyanya pemerintah daerah mengakomodir hal ini dengan membuatkan regulasi khusus untuk pekerja kantoran (pria sasak) yang istrinya sedang hamil.
Demikian, ulasan/opini gak penting ini semoga bermanfaat. 

"Salam hangat-hangat kuku"





10 comments

  1. Tradisi yg unik...lucu jg ya..apa hubungannya rambut bpknya dgn si bayi...apa korelasinya ya...ada2 aja..😀
    Yaa namanya jg ada tradisi...hrsnya ada pembuktiannya jg ..bnr ga ketika si bpk memotong rambutnya trs babynya tdk berambut...ayoo tanyain ke narasumbernya...😉

    ReplyDelete
    Replies
    1. mnurut Bapak narasumber ya bgitu... tp mngenai pmbuktian sy tidak tahu mpok 😅

      Delete
  2. Gondrong Dan berkelas ya.. he he. Tradisi ini di kampung saya jg masih ada. Selain melihatnya sebagai mitos "ekspresi"sebagaimana di atas. Kadang menjadi bahan bully (tp mnurutku sy sih terasa spt "kontrol" utk mengingat) Para "Bajang" yg males cukuran. ���� keren tulisannya (MaiRa)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih motivasinya mbak tuk sy yg bawang(an) ini... buku Pawon nya keren, trutama edisi lembarhitam nya 👍👍👍👍

      Delete
  3. Iya nih harusnya selama ga ada pihak yg dirugikan, sebuah tradisi perlu dipertahankan. Apalagi yg rambutnya gondrong itu selalu nampak lebih cool #eeeh 😂

    ReplyDelete
  4. Saya dulu pernah gondrong bang pas awal-awal kuliah. Tapi begitu pulang kampung, lansung dipaksa cukuran sama orang tua hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. itu mah laen kasus bang Imran.. he...
      sy jg prnah... tp gondrong ke atas 😅

      Delete
  5. Saya selalu berambut gondrong, kata Abi rambut Gondrong itu cantik :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jiahhh... klo side mah wajar 😄

      Trims udh ikut komen suhu Zi, senangnya hatiku 😊

      Delete


EmoticonEmoticon